sajak-sajak nanang suryadi

NeGErI YaNG MeNAngIs

 

ALDORA MELUKIS KOTA (1)

aldora melukis kota, jemarinya memulas cat hitam dan merah pada kanvas yang lusuh,

ada kegusaran yang memusar, pada wajah
"mengapa rusuh juga yang membakar kota-kota?"

kau mau minum kopi aldora? atau sebatang rokok
mungkin bisa hilangkan pening dalam kepala

aldora melukis kota, juga manusia tak jelas wajahnya merah hitam dipulasnya, dicampur baur, mungkin sebentuk luka

tanganmu kotor, aldora
jemari halus dan kuku putih tak berupa

:mengapa luka?

"mengapa bukan cinta!"

 

ALDORA MELUKIS KOTA (2)

aldora melukis kota. dengan jemarinya ia guratkan kota yang telah berubah. wajah-wajah manusia yang muram.

"berapa banyak rumah yang harus ditumbangkan, dora? berapa sawah berubah menjelma rumah mewah?"

kau tak menjawabnya dengan kata-kata. karena apa? (takutkah engkau untuk mengatakannya dengan mulutmu?)

aldora melukis kota. warna-warna memar tumpah ruah di kanvas. meledak juga tangisnya di lukisan kota yang terbakar!

cilegon, 1997

 

PEREMPUAN YANG MENJERIT

perempuan yang menjerit. adalah ibu melihat kanak yang marah membakar gedung
juga rumah ibadah. dengan kepedihan yang terpendam. sekian lama. siapa menyulut siapa. kerusuhan meledak di mana-mana. ( mobil-mobil terjungkal penuh asap dan api, perempuan diperkosa hingga mati, kepala manusia diarak di jalan-jalan, darah berceceran ---hugh perutku mual! sungguh!)

"cinta! mengapa berlari?" aku bertanya

"adam, nuh, ibrahim menangiskah engkau?" ibu ganti bertanya

"cinta! mengapa berlari?"

ibu menatapku, tapi tatapnya adalah gelombang menghantam hatiku:

"kanak-kanakku, kalian semua bersaudara. kalian semua bersaudara. mengapa terus kau sulut kebencian di mana-mana?"


NEGERI TEROR

 

kau merasa dinding mendengarkan pembicaraan

mata-mata membayangi setiap gerak-gerik

 

sepertinya, telinga penguasa ada di mana-mana

menguping obrolan-obrolan kebosanan

 

ketakutan yang mencekam

ketika pistol teracung menempel di jidatmu

 

makian yang mana hendak dimuntahkan

kepada siksaan penuh teror

 

memasuki mimpi-mimpimu

Malang, 1998

 

 


SENDANG DRAJAT

 

bunga yang ditabur bawah pohonan

batu berserak, imaji kepurbaan

kolam kecil, janji kejayaan

 

sipa menyepi di tengah bumi

di dalam goa

 

alir air kecil sekali

hanya gemercik

menimpa batu kali

 

"nenek moyang, nenek moyang", ada suara memanggil

 

aku lihat tarian kekhusukan

melawan ketakutan pada kekuatan tak terpahami

 

kesunyian ini begitu angker

hutan jati mengepung

batuan terjal angkuh menjulang

akar pohonan tersembul di permukaan

bau kembang bertebaran

sisa asap dupa

 

"apa yang diingini manusia, harta atau bahagia?"

 

6 September 1998

 


NEGERI YANG MENANGIS

 

beribu kata terlontar dari bibir gemetar: senja yang kaugugurkan dari tatapan perlahan tumbuh menjadi nyala. anak-anak berpaling dari masa lalu.

 

betapa sunyi. betapa sunyi. menyusuri nasib negeri sendiri. ada yang teramat sedih menderaskan airmata. ada yang teramat marah memuntahkan api.

 

"kuasa! kuasa!"

 

dan aku menggigil

menulis: indonesia!

 

Madiun, September 1998


NYANYIAN BUAT KANAK

 

Sungguh, di masa sulit ini

Aku ingat wajahmu,

Sebagai pengobat kegetiran

 

Binar mata, tawa mengekeh

Atau tangis pada dini hari

Luruhkan kesumpegan

 

Dari tangan-tangan yang mencoreti dinding rumah

Aku temukan lukisan terindah lahir dari kemurnian

 

Aku menimba kesejukan

Pada tatapan

 

Lebur darah keringatku

Di dalam dirimu

 

Madiun, 2 September 1998