ALBUM KENANGAN
bayang kenangan
menderu
memasuki ruang-ruang kosong dalam dada
sebagai kebahagiaan atau kesedihan
karena masing-masing
kita mempunyai masa lalu
sebagai sejarah yang ditulis pada buku waktu
tak usahlah risau membacanya lagi
kenangan, kenyataan serta harapan
adalah milik kita
ia hadir sepanjang usia, rentangan waktu
"namun kau
teramat larut pada masalalu,
sebagai kenangan yang memusar,
menenggelamkan dirimu pada kesedihan yang mendalam
sedang masa kini hadir sebagai kenyataan yang tak terelakan
dan masa depan membuka cakrawala harapan"
Malang, 19 Juli 1998
BIAR WAKTU BICARA
tak ada kepastian
terucap dari bibir,
angin menerbangkan segala harapan,
juga kerinduan,
pada silam di jenguk kenangan,
dan katamu: biarlah
waktu bicara kepada kita
tentang sesuatu itu
Penancangan, 24 Juli 1998
ADA YANG BERCERITA TENTANG MASA LALU
ada yang bercerita
tentang masa lalu
dengan air mata
(mengapa lampau
juga yang datang kini
mengetuk-ngetuk ingatan pada bayang-bayang?)
dan mata yang bulat
itu,
menenggelamkanku
pada cerita
palung terdalam,
sebuah rahasia;
perempuan!
Penancangan, 24 Juli 1998
JANGAN LAGI DISIA
jangan lagi kan
disia
sebagai tunas ia simpan harap
kan terus tumbuh
dengan sentuhan
perhatian,
siraman kesejukan,
kehangatan kasih sayang
bersemilah hijau daun-daunan
bermekaranlah bunga-bunga
jangan lagi kan
disia,
mengulang kesalahan yang sama,
dan sesal akan menikammu juga
Serang- Bandung, 25 Juli 1998
LAGU KENANGAN
lagu yang diputar
berulang juga
menyeru-nyeru,
memanggil-manggil kenangan,
dengan jemarinya
yang indah,
melambai-lambai,
ditunjuknya lorong-lorong masa lalu
dan kita tergoda untuk sekedar menjenguk
atau berdiam lama disitu,
menikmati kesendirian
lagu mendayu
lagu merayu
ada juga airmata
di situ;
sayangku, seberapa rindu kau kepada masa lalu?
Serang-Bandung, 25-28 Juli 1998
SARANGAN
pada telaga yang tenang
terbayang bulan timbul tenggelam
sinarnya keemasan
"pohon cemara di kejauhan serupa raksasa tidur", katamu
dingin hembus angin malam
pegunungan memeluk diriku
air yang tenang
malam yang tenang
purnama berulang terliput awan
"serupa perawan sedang kasmaran," katamu
telaga yang sunyi
hanya kecipak ikan
riak kecil
betapa damai di sini
seperti kurindu
menemu dalam matamu
6 September 1998
MENJUMPAIMU
DI SUATU SORE
"tuliskan puisi untukku..."
aku tulis kata-kata. mengalirlah keheningan . mengisi ruang dalam
dada.
menyusun mimpi-mimpi. melukis senyum. melukis tatapan.
melukis keramahan.melukis kasih sayang. melukis kebahagiaan.
melukis laut. melukis angin. melukis bianglala.
"tuliskan puisi untukku..."
Malang, 1996
PADA GEMERSIK DAUNAN DITABUH ANGIN
kucari engkau pada keramahan dan kecintaan yang menjelma dari
senyuman
dan tatapan manja. pada keheningan semesta. pada gemersik daunan
ditabuh angin. pada embun kesejukan.
inilah jeda itu istirah dari hiruk pikuk yang menikam. kujemput
engkau
pada keheningan. dengan senyum bagai embun. membasuh marah yang
membakar
dalam dada.
kudirikan cerita di situ. pada padang rumput. pada kerimbunan
pohonan
yang menaungi. pada telaga yang kutemukan dalam matamu
engkau yang dilulur angin laut. menari bersama gelombang. burung
camar.
perahu-perahu bercadik. menarikan waktu. menuangkan garam pada
kehidupan.
Malang, 1996
LAGU ROMANTIK
dalam dada getar percakapan merambat dari tatapan rahasia dan
senyum
penuh kehangatan.
dirimu yang menjelma keindahan bersinar sebagai warna-warna beraneka.
tersenyumlah untukku. berceritalah untukku. kan tercipta puisi
dalam
dada.
"adakah itu cinta?"
mungkin begitu. karena cinta adalah keajaiban. dan manuisia ingin
menjenguknya. ingin memasuki ke dalam rahasianya yang terdalam.
ke dalam
dada kehidupan.
"beri aku cinta"
wahai, tiadakah kau rasa itu dalam dadamu. telah kulihat ia terbayang
dalam matamu yang telaga.
Malang, 9 Januari 1996