MEMO PADA SUATU KETIKA
tiba-tiba kau datang mengirim pesan:
datanglah, saat
senja. aku menunggumu, dengan segala impianmu tentang
diriku. kau pernah
berpikir bahwa aku bersayap? ya, sayapku berupa
warna-warna gemerlap.
mungkin akan mengagumkanmu. mungkin tidak. karena
segalanya kau
impikan. diriku diselubungi segala cahaya.
katakan, jangan
menangis, padanya. yang mungkin akan kehilangan. jangan
takut. karena
segala yang fana akan pudar. akan tamat.
jangan lupa, saat
itu
KAU BEGITU MENYEBALKAN
sungguh, kau begitu
menyebalkan. dengan impian-impianmu. dunia sudah
sedemikian susah.
mengapa kau terus gaduh di situ. mari kita diam saja.
hai, mengapa
kau terus mengomel? dasar pemimpi!
"tapi dunia sudah
demikian tak memiliki hati. hidup menjadi lintasan
video klip. berkelebat
ke sana ke mari. ledakan bom di kota-kota tak
membuat hati
kita sedih. pipi cekung kanak-kanak kelaparan tak membuat
kita iba. apa
yang salah pada nurani kita? mungkin telah menjadi
batu..."
sungguh, kau begitu
menyebalkan, dengan pertanyaan-pertanyaan seperti
itu, membuatku
malu...
BUNGA SEKUNTUM
aku ingin sematkan
bunga, sekuntum, pada telingamu, agar matamu yang
hitam itu, semakin
bercahaya,
ya, bunga-bunga
demikan liar bertumbuhan di rumputan, padang terbuka,
mungkin tak sewangi
geriap rambutmu, pada angin, menyentuh,
wajahku
ABSTRAKSI KENANGAN
lalu kau tuliskan segala kenangan, pada udara,
seperti guratan
hari-hari kita, demikian abstrak,
tak jelas jelas
canda atau petaka,
tak jelas nama
atau bencana,
lalu, kau hapus
segala kenangan,
begitu saja
ya, begitu saja
PADA AIRMATA
(kau ingin rasakan
keheningan ini, seperti cucuran airmata, beterjunan
kanak-kanakmu,
dalam segala moyak harapan)
sudah lama aku
kehilangan air mata, tangisku menjadi api menyala,
jangan, jangan
membuatku menangis, karena kota-kota sudah menjadi
puing, kanak-kanak
sudah demikian damai dalam lubang besar pemakaman,
(kau ingin rasakan
kesunyian ini, seperti cucuran airmata, beterjunan
aku, mencari
cintamu)
sudah lama aku
kehilangan cinta, tak ada yang tersisa, mungkin pada
pecahan granat
atau bau bensin dan pecahan botol, tiada, tiada lagi
yang tersisa,
kau lihat sepatuku, perhatikan, di ujungnya, ya merah dan putih,
darah dan sedikit
cairan otak, eh ada berhelai rambut juga
(kau ingin rasakan
keindahan ini seperti cucuran airmata, beterjunan
mereka, mencari
cahaya)
sudah lama aku tak ada cahaya, di sini, dalam hatiku...
cilegon, 1999
DEBU DI LEKUK BENANG
pada kanvas ini,
aku serupa titik, mungkin di sela, di lekuk benang,
debu? satu dalam
bermilyar debu yang menghambur, menyeru: Kekasih
warna-warna dipulaskan
di kanvas: bintang biru, atau pelangi pagi hari,
mungkin juga
raguku
depok, 1999
EPISODE PINOKIO
boneka itu, minta
menjadi manusia, pinokio, si hidung panjang. aduh,
padahal jadi
manusia susah sekali. sudahlah, jadi boneka saja, biar
ditimang, biar
kuelus, biar menangis, asalkan kau bukan manusia, yang
punya banyak
impian dan masalah
"dan berbunuhan", kata malaikat kepada Tuhan sebelum dicipta Adam
depok, 1999
STASI TAK TERHINGGA
buat: eka budianta
tak hanya jakarta, chris
kudatangi negeri-negeri
asing
persinggahan
tak terhingga
dalam mimpiku
seorang yang mabuk
kata-kata
menulis surat
untukmu:
"inilah negeri itu,
kita bertatap
mata,
rindu sekali"
depok, 1999
DUA PULUH EMPAT SENJA UNTUK DEVI
tataplah warna
keemasan, tataplah dengan hatimu, di langit, adakah
namaku? mungkin
di hatimu, kanak-kanak berlarian, dua puluh empat senja,
catatlah dalam-dalam,
pada kenangan, sudah habis cucuran airmata, tiada
lagi kesedihan,
atau teriakan, memecah sunyimu, dua puluh empat senja,
aku datang padamu,
mengalungkan bunga, kanak-kanak yang tertawa
berceloteh, atau
lelaki yang membaca, puisi begitu memabukkan,
kata-kata menjadi
gelembung, aku bawakan balon warna-warni, dua puluh
empat senja,
lilin yang nyala
depok, 5 nopember
1999
ROMANTISME
MUSIM
:dp
Aku serasa mencium
musim-musim
Bertumbuhan dalam
udara
Kemarau yang hijau
Gerimis yang
manja
Salju yang tulus
Daun jatuh di
musim gugur
Kau ciptakan lagi
dongeng
Dalam hatiku
yang jauh
Mungkin telah
padam
Di hembus angin
Ingatan pada engkau
Cinta, segurat
luka
Tapi kucium musim
Melambai dari
sunyi
Wajahmu
depok, 1999
INTRO
aku tak mengerti,
katamu
pada sajak banyak
ruang terbuka
terjemah kehendak,
pada langit luas
atau gelombang
berdentaman, dalam dada
mungkin cuma gurau
melupa duka, karena
manusia menyimpan
luka,
berabad telah
lewat, apa yang ingin
didusta? pada
bening mata
tak bisa sembunyi
pura-pura
CATATAN PADA
GERIMIS
buat: dp
Pada dering, mungkin
gerimis
Menyapa wajahmu
Harap yang ditumbuhkan
Katakan saja,
bahwa kita membutuhkan
Mimpi itu
Menjelma
Seperti dikabarkan
langit
Ketentuan itu
Seperti rimis
Menyentuh
Hidungmu
Seperti dulu
depok, 1999
TERJEMAH HUJAN
apa yang diterjemah
dari hujan? senyap dan senyap
kenangan dicipta
dari dingin, sepotong raut
melambailah engkau
dari lampau yang biru
dari gerai rambut,
mata bercahaya, ......
tak henti-hentinya,
berkelindan, terajut dalam
perca bertaut,
hai, apa kabar?
hujan begitu
gaduh katamu,
tapi ia adalah
suaramu, begitu merdu
suaramu, dalam
senyap
hatiku
cilegon-depok,
1999
SEMARAK CAHAYA
Melintas Insanul
kamil
Pada jalan matsnawi,
diwan dan rubayat
Sanggupkah ditatap
Semarak cahaya:
O Cinta
Pecinta menari
dalam kerinduan:
Adawiyah, Ibnu
Arabi, Halaj, Jenar,
Sumirang, Sakhrowardi,
Attar, Rummi,
Tabriz, Fansuri,
Iqbal, Tagore, .....
Cahaya O Maha
Cahaya
Cinta O Maha
Cinta
Berjumpa
Di hati
Sendiri
depok, 1999
TARIAN PECINTA
O Pecinta
Menarilah menari
Berputar-putar
Dengan gemulai
Keindahan Cinta
Ada yang berputar
dalam atom
Ada yang berputar
dalam masjidil haram
Bumi berputar
Planet berputar
Galaksi berputar
Alam Semesta
berputar
Dalam Cinta
depok, 1999
INTERTEKS
Ke dalam dada
merasuk teks-teks purba
Pengetahuan yang
diajarkan pada Adam
Teks terbuka
Pada kitab suci
Pada alam semesta
Manusia mencari hikmah
Di balik yang
nyata
Ada banyak tanya
Rahasia
depok, 1999
POTRET PANORAMA KERINDUAN
Bacalah dengan
hatimu, keindahan
Panorama sekeliling,
Mungkin kata-kata
tak sanggup mengungkap
Puisi
Tapi ada yang
ingin berbagi
Cerita
Karena manusia
adalah
Cinta
Karena semesta
adalah
Cinta
Dipahat kerinduan
pada
Maha Cinta
depok, 1999
DI UJUNG LORONG ADA BERKAS CAHAYA
mata, pada pelupuk,
dicium angin,
manusia: mimpi,
kenangan juga kesunyian, .....
hidup menjadi
lorong-lorong
cahaya di ujung
pada berkas
ada harap
mungkin kekalahan
juga
atau sesal
mengendap
pada tatap
atau malam
yang ratap
tapi gapai tak
sampai
tangis tak usai
terjemah kehendak
atau takdir
tuhan
cilegon-depok, 1999
PADA MATA KANAK
mungkin pada kanak
kau temukan harapan,
embun kedamaian
terangkum tangkup tangan-tangan mungil.
mata bening yang
menghibur hatimu duka
tapi kanak-kanakmu
tersesat di chanel televisi 24 jam,
yang mengajari
mereka cara membunuh
belajar pada dentum,
headline yang tebal,
pada desing,
tusukan, rudapaksa, api. siapa mengaduh?
kita mungkin telah
kehilangan harap pada dunia, tapi
dapatkah lari
dari kehancuran
begitulah kita
bermimpi...
seperti kuarungi
matamu
depok, 1999
ILUSI LELAKI
"adakah sedikit
saja, untukku," mungkin ilusi,
bagi lelaki,
seperti ditatap, pada penghujung
cerita dibangun dari coretan, goresan, pada usia
mungkin namamu,
mungkin bukan namamu,
tapi engkau yang
tersedu,
memecah sunyiku
depok, 1999
REPORTASE NOL-NOL
serangkum sepi,
perempuanku, merenggut dadaku, mata yang binar, senyum
merahasia, kota-kota,
tetap saja, gelisah, seperti duka, tarianmu,
ilalang tertiup
angin, mengombak, mengalun, serupa mimpi, bertabur
dalam, bertabur
diam, bertabur apa, mungkin di langit, serupa bintang,
pelangi, awan
kelabu, omong kosong, yang lain, tembok putih, jeruji,
helaian kertas,
seonggok...
kau bunga?
hm, ke mana harummu!
depok, 1999
COBA TOREH
coba toreh, pada
dada, ada apa, mungkin darah, cinta, atau luka,
abad-abad mabuk,
terjungkal, beri aku apa saja, mungkin gemulai, atau
tatapan, sedingin
es, atau senyuman sepanas matahari, atau tubuhmu?
(pada jamuan terakhir,
seteguk anggur sepotong roti: makan dan
minumlah...)
tak seperti rummi,
ternyata, tarian para peniru darwis itu, tak ada
pecinta yang
sungguh-sungguh merindukan, dengan kata-kata, seperti
bibirku, berdarah
dan luka, seperti kebohongan yang kusulut diam-diam,
seperti?
api yang meledakkan
rumahmu, dengan sekam, dengan bara, dengan nyala,
dengan dendam
tak bermata, dengan cekam, dengan geram, dengan?
tatap matamu,
sungguh
menyilaukan
depok, 1999
AKU BERLINDUNG PADA ALLAH
aku berlindung
pada Allah,
dari kebodohan
napsu,
yang dihembuskan
setiap detik waktu,
aku berlindung
pada Allah,
dari kesesatan
pikiran,
yang merajalela
aku berlindung
pada Allah,
dari segala kegamangan,
aku berlindung pada-Mu
sungguh,
jangan tinggalkan
aku
depok, 1999
DZIKIR TELEVISI
pada petang menangkup
apa yang diseru?
musik berdentangan di televisi
selewat adzan, bersambung nyanyi
pada kabel didzikirkan
syahwat, mencuat
pada gelas, didawamkan
tipu daya
pada Engkau? begitu penat lidahku, semenit saja
inikah hamba yang
mengharap sorga?
inikah manusia
yang tak mau dijilat api neraka?
Allah, betapa mudah kutipu diri sendiri....
depok, 1999
HUJAN YANG TURUN SENJA HARI
mungkin engkau
menangis kekasih, di ujung senja, aku tahu mengapa
tak usah lagi
dikata, karena derita manusia datang sebagai coba,
mari, kita tatapi
senja yang turun, bersama pelangi, langit jingga
mungkin doa,
hanya doa yang pantas kita bacakan,
begitu lindap
warna-warna yang ada dalam benak kita, nuansa
sebagai bayang-bayang
samar,
sebuah kesaksian,
sebuah impian
mungkin hanya
itu milik kita
depok, 1999
GURATAN PUKUL 23.55
apa yang kau ingat,
dari 23 jam 55 menit yang lalu
kaukah manusia
yang merugi?
kemarin dan hari
ini telah terjalani,
pada neraca akan
terlihat
dan esok? masihkah
kita melihat matahari
terbit dari timur
tak kutahu. sungguh tak kutahu
Depok, 2 Desember
1999
BIOGRAFI PENYAIR
buat: arisel ba
Puisi telah mengalir
dalam tubuh
Sebagai darah
Helaan napas
Ketukan jemari
Menuju Yang Satu:
Allah
Di balik kata
ada hikmah
Asam garam kehidupan
Juga kenangan
pada: nenek, ibu, ayah dan guru
Ada seorang menulis
sajak
Ia menuliskan
hidupnya yang puisi
depok, 1999
KAMERA
buat: fudzail
Wajah bangsa dipotret,
mungkin redup
Tapi ia wajah
kita sendiri, menyeringai
Mungkin malu
Atau kesakitan
Sungguh, teramat
sulit untuk bicara jujur
Ketika ketakutan
mengepung di mana-mana
Ada seorang memotret,
dengan jemarinya
Mungkin wajah
kita di situ
depok, 1999
SEPATU ITU
MASIH DATANG, TEHRANI?
buat: tehrani faisal
Sepatu itu masih
datang,
Padamu?
Dengan derap
Yang mungkin
menggetarkan lantai
Tapi tidak hatimu
Karena kekuasaan
manusia
Bukan untuk ditakutkan
Karena suara sepatu
Hanya derap menggetarkan
pada jalanan
Tapi tidak hatimu
Ada kawanku,
Dengan keberanian
Meyakini itu
depok, 1999
GUMAM PUKUL 23.15
sebentar lagi,
ya sebentar lagi,
pada malam, keheningan
yang menciptakan rindu
"ternyata kita
tak lebih baik," katamu
terlihat capek,
dengan segala perasaan sia-sia
ke mana kita akan
pergi, pada kelam atau silam?
wajah itu demikian
kusam, tak seperti kanak
ya, tak seperti
impian kita, dunia yang damai
penuh cinta,
pada dongeng wonder land
tapi ia
akan datang juga
mengganggu kita,
hook dengan tangan kait besi
menjangkau sayap
mungil, dan menghancurkannya
tak berkedip,
tak berkedip
mari kita tidur
saja, semoga perompak itu
tak merampok
kebahagiaan dalam mimpi kita
malam ini
depok, 1 Desember
1999
DONGENG Y2K PUKUL 23.35
merangkak detik
dari 23.35 mungkin menggigilkanmu
jam akan datang
pada abad 00.00
(2000 tahun manusia
dirayakan, seekor kutu
terselip dalam
layar monitor, ucapkan: selamat datang!)
cahaya itu begitu
menyilaukan
dari mana datangnya,
mungkin dari benua ketiga
(2000 tahun manusia
dirayakan, seekor kutu
terselip dalam
hulu ledak nuklir, ucapkan: selamat tinggal!)
"halo...halo..james,
h...a...aa..l...o
ma...i...h di ...siiitu?"
krrrrreeeezzzzzssskkk
mungkin itu,
gemerisik terakhir
dari pesawat telponmu
depok, 1 Desember
1999
DUA DAN SATU KERINDUAN
mari,
kugenggam jemari,
engkau yang cahaya purnama,
mari menari,
dalam hari
engkau yang tertawa bahagia,
mari, ke mari
di sisiku bidadari
engkau yang ku cinta
malang, 11 oktober
1999
SUPERMAN
buat: tomita dan suhra
1.
"aku ingin jadi
hero, pahlawan pembela kebenaran", kata kanak dengan
mata berbinar,
mungkin ia dari
masa lalu, seperti buku komikku menguning, seperti
louis & clark,
batman dan robin, zoro, janggo, phantom, gundala, flash
gordon, ....
"aku ingin jadi super man", kata seseorang
aku seperti pernah
mendengar entah siapa bicara, mungkin lelaki, dari
sebuah negeri
yang jauh, mengatakan: "kita telah membunuhnya"
dan aku tak percaya bualnya
2.
dan ia datang
padaku, membisikkan: "telah diringkus promotheus, dan ia
menjadi bait
puisi, karena mencuri api, karena ia mencuri api"*
SEPOTONG SENJA
DI KOTAMU
buat: medy
ada yang bercerita, tentang senja, maghrib yang lengang di televisi,
aku tatapi senja,
"aduh seno, jangan kau potong senjaku... biarlah
alina..biarlah."
senja begitu indah, cahaya disela awan,
bahtiar, mochtar, ada yang nyala di buku, seperti
mimpi
depok, 1999
LABIRINTH MUMET
ATAU MOZAIK PERCA
kenangan untuk: raymond valiant
malam yang merangkak
di bawah rembulan sepotong, bercangkir kopi, kita
nyalakan tanya:
tentang cinta, perempuan dan tuhan?
"aku ingin lari dari belenggu harapan," kata kinyur menunjuk erich fromm.
"dimanakah engkau
wanitaku?" dedi begitu parau menyuarakan sepi, seperti
willy
ah, mengapa teks
mitos dan logos terbakar. mengapa? adakah yang membenci
kebenaran? suara
senyap yang menggigilkan ujung tanya
ada yang bertanya
padamu: habermas, mana jalan ke frankfurt? lewat watu gong
atau betek? atau
sepi perpustakaan, buku berdebu, internet yang nyala...
(ada dering di kejauhan, halo di mana kamu?)
depok, 1999
KAUKAH PEREMPUAN ITU
kau menyeru: "ibu, ibu, habis gelap terbitlah terang!*"
kaukah perempuan
itu, yang datang dalam mimpi, selepas malam,
udara begitu
buruk, dan kau masih tetap di situ, menulis gelap,
dengan jemarimu,
yang luka
ada kuingat, perempuan
di titik nol; masihkah kau ingin perdebatkan lagi
tentang clitoris
yang dipotong habis,
aku begitu menggigil,
seperti malam keramat, mahfoud mengabarkan perempuan yang
mendongeng, kau
ingat: bayi yang ditimbun pasir, dilempar ke got, .....
ia manusia, dan
aku mencintainya
depok, 1999
DONGENG NEGERI DONGENG
pada catatan pinggir,
goen, ada warna sepia? kamus terbuka, terumbu,
kersik, lokan,
poci, confety, menjadi abadi? lalu berjejalan di
kota-kota semangka,
sepatu, migrasi dari kamar mandi, 100 meter dari
kota ciledug,
sedekat malna menulis surat untukku? atau kapak, ngiau,
rabu yang ditakik?
tarji tergelak
ilalangtelahdinikahkankah
rosa? serupa dingin, beringsut di angin,
mungkin sebuah
perubahan, gus, mungkin serupa didaktika catur...
tapi kota-kota
mulai gelap, chairil, seperti karet, karet tempatmu
y.a.d, mungkin
pula pada pelabuhan tempat laut hilang ombak...
tapi ada yang
bergegas, dengan tegas, saut, ke mana sobron, ke mana,
kemana wispi,
ke mana iramani, ke mana mimpi itu pergi? ke mana,
hamzah, ke mana
taufiq, ke mana willy, ke mana?
sobron menulis:,
aku buat tape ketan, rendang, di negeri orang, wispi
dulu di nanking,
iramani? coba tanyakan pram, mungkin ia tahu di mana...
heh, hamzah berdiri
di senja senyap, taufiq di padang ilalang bertopi
jerami mungkin
ingat umbu, atau malu menjadi orang indonesia, dan willy
duduk di samping
seonggok jagung...
dan sepotong senja,
di tangamu seno, serupa mimpiku, segera kan
tenggelam....
seperti
matanya
depok, 1999
DONGENG NEGERI
Jangan Kau Dongengkan
Lagi Untukku
Impian Kosong
Aku Sudah Bosan
Dengan Segala Janji
Aku Sudah Jemu
Dengan Segala Khayalan
Kita Tak Berada Dalam Surga
Dari Barat Sampai
Ke Timur
Itukah Milik
Kita?
Jamrud Khatulistiwa,
Indah Beraneka, Rimbun Pohonan,
Biru Lautan,
Tambang Emas Permata, Siapa Punya?
Pipi Cekung, Mata
Melotot, Daki Menempel, Ingus Di
Hidung, Pengap
Kereta Api, Perut Lapar, Siapa Punya?
Jangan Lagi Bicara
Jika Hanya Janji
Untuk Diingkari
Jakarta, 1999
CATATAN 12 MEI 1998
Anak Muda Tak
Tahu Apa
Menganga Luka
Dari Senjata
Siapa?
CATATAN 13-14-15 MEI 1998
Apa Yang Harus
Ditulis
Dari Tubuh Terbakar
Hangus
Perangkap Menjebak
Orang Lapar
Seperti Tikus
Menggelepar
Ditelan Panas
CATATAN 20 MEI 1998
Bapak, Kami Sudah
Bosan
Dengan Segala
Dusta
Turunlah Segera!
AMBON
Dua Saudara Berhantam
Siapa Tertawa?
ACEH (1)
Bapak, Rencong
Yang Dulu Menusuk Dada Kape
Haruskah Ditusukkan
Ke Saudara Sendiri ?
ACEH (2)
Sepatu Lars Hitam,
Topi Hijau
Di Tengah Pekik
Ketakutan
PETAKA (1)
sepotong roti
serentetan tembakan
senyum
siapa?
di lorong gelap
malam serasa kelam
walau api menyala
di mana-mana
jakarta, 1999
PETAKA (2)
ada yang dipecahkan,
dari kenanganmu
sumpah pada kebenaran,
kesejatian
"berbahasa satu bahasa kebenaran!"
lalu siapa khianat?
pat gulipat di
balik punggung
tak kutahu bahasa uang
tapi molotov
siapa yang nyalakan?
jakarta, 1999
CATATAN PADA BUKU BAPAK IBU
bapak ibu, lelehan
darah dan airmata
menggenang di
aspal hitam,
kau catat di buku
harianmu?
nama-nama siapa
sepanjang pidie, ambon, semanggi,
priok
mungkin kau tahu
mungkin kau tak
ingin tahu
jakarta, 1999
GUGURAN BUNGA
temanku tertembak
siapa seusai unjuk rasa, di
tangannya segenggam
roti,
tahun yang lalu
temanku yang lain tertembak di
kampusnya,
hari-hari kemarin
teman-temanku hilang begitu saja,
entah ke mana?
siapa menabur
bunga baginya? bapak ibu lupa
menyampaikan
salam untuk mereka. mungkin kalian lupa.
tapi tak kulupa.
mereka pemberani menentang bahaya...
bunga yang gugur
bunga yang sedang
mekar
tak kau catat
pula di hatimu?
jakarta, 1999
TELEVISI OKTOBER
mungkin bukan
musim bunga hongaria, ketika kau rayakan
kemenangan taburan
pujian dan harapan, mungkin letusan
petasan atau
ucapan syukur:
"interupsi!"
itukah demokrasi?
impian surealis yang kau bayangkan
di tengah gemuruh
demonstrasi. perdebatan di ruang
diskusi. janji
di kerumunan kampanye.
"interupsi!"
lalu ada yang
kecewa dan meledakannya dengan api.
karena ibu tak
berdiri di mimbar. karena ibu
dikalahkan terus...
"interupsi!"
ibu berdiri di
mimbar. tapi masih ada juga yang
kecewa. masih
ada yang menyimpan sesal!
"interupsi!"
jakarta, 1999
OBITUARI
lelaki yang menatap
malam: kesunyian, warna hitam
pada silhuet
panorama, negeri yang menangis,
orang sendiri
membaca diri,........
lelaki pemimpi:
eksistensi! lalu wajah-wajah menari-nari:
marx, darwin,
hegel, nietszche, jesper, camus, heideger, foucoult, walter
benyamin, adorno,......
obituari? penguburan
segala kenangan. requiem sepi.
begitu lengang
rumah sakit jiwa ini. juga pemakaman!
1999
sajak buat suhra
kemudian kuusap
matamu: tak ada airmata!
tapi tergenang
cerita masa ke masa
ada yang menari,
suhra, di langit
mungkin bidadari
mari ke mari,
bintang biruku
sebelum maut
berpaut
: ada senyum
juga cahaya
terang sekali
MENCATAT PERPISAHAN
buat: fudzail
apa yang harus
disesalkan dari sebuah perpisahan? pertemuan! kata
seseorang. bukan,
karena sebuah perjumpaan menciptakan kenangan indah,
ucapkan syukur
atas segala yang terberi...
"tapi aku akan merindukanmu", katanya mengusap mata
sebuah sore, akhir
pertemuan, ada yang bernyanyi: sayonara...sayonara..
sampai berjumpa
pula, buat apa susah...buat apa susah...susah itu tiada
gunanya
SERIBU BULAN
ada yang mencarimu dengan tak sungguh-sungguh mencari karena
manusia ini tak
pintar bersyukur tak pintar memuji tak pintar menahan
diri tak pintar
mengaji tak pintar merendahkan hati karena
mungkin bengal mungkin bebal mungkin kesal mungkin sial mungkin
tapi ingin diraih
bulan seribu bulan bersinar cemerlang seperti surga
seperti janjimu
seperti orang-orang yang berjalan di jalan yang lempang
dan lurus
duh gusti, ajari
aku, menjadi...
HAI, KATAMU (I)
hai, katamu. lalu
kita bersalaman. berjabatan erat. genggaman
ketulusan. lalu
kita cipta angan-angan. merangkai bulan. merangkai
mimpi. aku ingin
terbang. aku ingin terbang...
"hebat, bisa terbang", katamu
lalu kau beri
aku replika pesawat. menderu-deru dalam benak kanakku.
aih, jangan cemberut
begitu. bolehlah kau ikut. ke ujung dunia. ke awal
atau akhir kata.
ke mana kau mau?
"emang di bulan ada coklat?", katamu menggoda
lalu tubuhku menjadi
menjadi supermarket: pasta gigi, sabun, wastafel,
sosis, .... aha!
kau tertawa. mentertawakan dunia? sekarat dan sakit
jiwa
kita bergenggaman
jemari. bergenggaman....
HAI, KATAMU (II)
hai, aku ingin
sekejap saja memicingkan mata dari mimpi-mimpi manusia.
seperti diledakan
dalam kepalaku. deretan gambar dan huruf bergetar
dari tabung-tabung:
mampuslah manusia! mampuslah kemanusiaan!
aku menemukan
diriku etalase benda-benda. tubuh yang hanya daging.
berdenyut. denyut.
ih, mengapa dilempar ideologi ke kamarku?
sudahlah, lupakan
saja apa yang kita bicarakan, seperti waktu lalu.
seperti waktu
lalu...
kita susun kembali
rumah pasir. kita susun lagi...
HAI KATAMU (III)
hai, apa yang
bisa disembunyikan oleh manusia. tatap-Nya begitu tajam
mengiris-iris.
apa yang bisa dirahasia manusia? tiada! karena gerak
tetap terlihat.
karena tindak akan tercatat. karena....
kebusukan akan
terbaui juga akhirnya. pada jalan sebentang. pada
jembatan timbangan.
pada layar...
neraca! usia sia-sia!
defisit! merugi semata!
PANORAMA KEMATIAN
engkau tersedu? waktu telah menutup
mungkin bunga
di tabur
tonggak ditancapkan
serupa ingatan? musim berguguran
beringsut mendekat
perlahan menuju
engkau kekasihku? wajah dipalingkan
duh, rindu tak
sampai
lintasan tak
usai
karena nyala? usia dihabiskan sia-sia
depok, 1999
SEPUCUK SENJATA SEIKAT KEMBANG
karena manusia ingin kuasa
jangan lagi, kau
letuskan pada hari
dustamu melantakkan
kepala & dadaku
apa arti manusia bagimu? daging hidup!
pada gelembung
ludah, dicipta mimpi
teror menghantu,
ladang-ladang mayat
duh, berapa airmata
lagi kan dialirkan?
TANYA
ada yang gelisah
mengetuk-ngetuk pintu tapi langit tak terbuka bagi
pertanyaan pertanyaan
seperti hitam seperti kelam seperti malam
tersaruk saruk
membawa lampu dimatikan sekilat cahaya berjalan guruh di
telinga tak terdengar
terang cahaya tak terlihat karena sesat menjerat
karena telah
dikutuk laknat
siapa berani terombang
ambing dalam gelombang tak henti henti tak
menepi tak berujung
tak habis tak habis duka lara duka gelisah racauan
resah manusia
sepucuk senjata
sejuta taburan bunga sekering pipimu anak-anak di
pingir pinggir
disepak ke sana ke mari sebagai bola sebagai impian
busuk dan buruk
mengapa risau
juga lalu tanya seperti apa tapi manusia tak punya kuasa
karena
tanya
KOTA YANG KEHILANGAN
kemudian kota-kota
berguguran,
kehilangan cinta
di mana kau sembunyikan?
tak ada mimpi
di sini,
milik penyendiri
di mana kau letakkan?
pada geriap rambut,
atau teduh mata
di mana kau simpan?
pada telapak sepatu
atau bianglala
di mana kau tuliskan?
sebaris sepi
atau kerinduan
duh, mengapa rahasia juga?
tanya manusia
tanya manusia!
=aiueo? kosa kata=
apa yang terbakar
pada hari-harimu adalah usia sia-sia berangkat pada
senja tak tahu
mengapa hendak apa menerjuni kata menerjuni dusta
berdentuman tanya
menjelma apa ada gema ada suara ada sia!
tiada siapa siapa ada siapa di mana suara? pecahlah rahasia!
meluncur mendesak
menekan merangsak menetak menyalak : ach! dada dada!
kehancuran! nisbi!
kenihilan! beri aku tanda!
begitu gemuruh begitu luruh begitu lumpuh begitu utuh begitu: tubuh!
: tak henti-henti
meruntuh
=wak wak diputar wek wek memutar mutar wak wak berputar putar=
kemudian berputaranlah
engkau dalam ruang sebagai gasing berputar putar
sebagai dalam
labirin berputar putar sebagai dalam gelas berputar putar
sebagai dalam
botol berputar putar sebagai dalam udara berputar putar
sebagai tanya
berputar putar sebagai rahasia berputar putar sebagai:
tiada!
kemudian diputar
putar kelamin diputar syahwat diputar putar dusta
diputar putar
curi diputar putar syak wasangka diputar putar belati
diputar putar
kuda tunggangan: manusia sepotong napsu membara
kemudian memutar
waktu memutar millenium memutar abad memutar generasi
memutar windu
memutar tahun memutar bulan memutar jam memutar menit
memutar detik:
tik..tik tiba di ujung siapa gigil siapa rintih siapa
takut siapa?
nyala!
BERHENTILAH!
berhentilah sejenak
berhentilah nanang jangan terus berlari mengejar
bayang bayang
ke ujung cakrawala ke ujung impianmu tak ada habis
habisnya huruf
dideret dileburkan dalam darah dalam airmata dalam dalam
begitulah sepi
memagut cinta melarut sebagai sungai melaut melintas
berputar menguap
ke udara ke udara
metamorfosis?
seperti kupu kepompong ulat telur kupu: hai pertapa!
berapa sunyi
maumu berapa laut hausmu berapa langit harapanmu berapa
mimpi impianmu
berapa cinta pintamu
berhentilah sejenak
berhentilah nanang jangan menangis lagi jangan
terus menulisi
udara bertuba darah mengalir otak tercecer daki menempel
pipi kering luka
menganga gelisah manusia api menyala bom meledak kanak
tersungkur
berhentilah!
GERIMIS
DI HUTAN
buat: yono
sepucuk surat:
hutan begitu gelap kawan, hutan begitu gelap...
lalu keriuhan
hewan berdengung di pohonan, aku merindukanmu, suara
dari kesunyian
tak sanggup kutatap
mata, karena cerita akan ditemu juga, berkelebat
bayang-bayang
melintas, panorama
dari kegundahan
biarlah, mimpi
kucipta sendiri, biarlah pada benakku sendiri, biarlah
gerimis di hutan
kunikmati sendiri, seperti
sepi